Perusahaan melalui rilisnya menyatakan bahwa mereka memang menggunakan sumber air dari akuifer dalam (kedalaman 60-140 m) yang berbeda dengan sumber air yang digunakan masyarakat.
Gubernur meminta penjelasan dan mengingatkan perlunya evaluasi dampak terhadap kondisi lingkungan, termasuk pengaruh terhadap muka air tanah dan potensi longsor.
Baca Juga:
Power Nap Jadi Tren Sehat: Ini Deretan Manfaat Tidur Siang bagi Tubuh
Kesimpulan & rekomendasi
Temuan ini menegaskan bahwa klaim publik terhadap sumber air merek besar seperti AQUA perlu diperjelas secara terbuka: meskipun perusahaan menyatakan “mata air pegunungan”, kenyataannya adalah pengambilan dari sumur bor dalam (akuifer). Bagi masyarakat dan pemerintah daerah, hal ini membuka ruang untuk pengawasan lebih lanjut terhadap izin pengambilan air, dampak lingkungan, dan transparansi informasi ke konsumen.
Sebagai rekomendasi:
Baca Juga:
Kesepakatan Bersejarah, Netflix Setujui Pembelian Warner Bros Senilai Rp1.200 Triliun
Pemerintah daerah dan institusi terkait perlu melakukan audit hidrogeologi independen untuk memastikan volume pengambilan air dan dampaknya terhadap masyarakat dan sumur warga di sekitar.
Perusahaan sebaiknya memperjelas dalam komunikasi publiknya apakah “mata air pegunungan” adalah benar-benar air permukaan atau bagian dari sistem akuifer dalam, agar tidak menimbulkan misinterpretasi.
Masyarakat setempat perlu dilibatkan dalam pemantauan sumber air dan kondisi lingkungan agar dampak negatif dapat diminimalisir.