Dalam keadaan normal, otak manusia hanya mengeluarkan hormon dopamin saat sedang makan, melakukan hobi, beraktivitas seksual dan lain sebagainya. Dengan mengonsumsi sabu, maka kadar dopamin pun akan meningkat.
"Ketika dopamin dalam otak meningkat hingga ribuan kali dari normal, membuat sabu menjadi salah satu zat dengan tingkat ketergantungan tinggi," jelas Hari saat itu kepada Kompas.com.
Baca Juga:
3 Tersangka Penyelundupan Benih Lobster Rp19 Miliar di Bogor Ditangkao Polisi
Hari menambahkan, kurangnya rasa percaya diri memang sangat mungkin jadi faktor pemicu seseorang menggunakan sabu.
Pengguna sabu ini akan merasa dapat mengatasi masalah dengan lebih baik hanya apabila mengonsumsi sabu lebih dulu.
Penyelundupan sabu seberat lebih dari 1 ton di Pangandaran akhirnya dapat digagalkan Direktorat Reserse Narkoba Polda Jabar.
Baca Juga:
Selundupkan Manusia, Imigrasi Surabaya Tangkap WN Bangladesh yang
Dengan adanya penangkapan sabu 1 ton ini, Listyo menyebut bahwa petugas berhasil menyelamatkan jutaan orang dari bahaya narkoba.
Apabila diasumsikan satu gram sabu dikonsumsi lima orang, maka kita saat ini telah menyelamatkan lebih kurang 5.950.000 orang dari bahaya penyalahgunaan narkotika," ungkap Listyo.
Peneliti dan pakar adiksi, Hari juga mengatakan bahwa umumnya sabu dikonsumsi dengan cara dihisap seperti rokok menggunakan bong, namun ada juga yang melakukannya dengan cara lain.