G7 sudah mengakomodasi perkembangan dunia tersebut dengan membentuk G20, tapi tetap berusaha mendominasi di tengah Cina yang terus menguat. "Analoginya orang kaya yang sekarang mereka ga bisa mendominasi lagi, karena tetangga mereka juga lebih kaya lagi, kan menakutkan," ujar Evi.
Bahkan di internal G7 sendiri, ada juga negara seperti Jerman yang disebut Evi bermain dua kaki. Lantaran, Jerman tetap menjalin hubungan baik dengan Cina dan saling jadi mitra perdagangan terbesar.
Baca Juga:
Korem 042/Gapu Gelar Apel Pasukan Pengamanan Kunjungan Kerja Wapres ke Jambi
Sehingga, kata Evi, menjadi masuk akal ketika Jerman berusaha menyelamatkan ekonomi mereka karena ternyata berhubungan ekonomi dengan Cina dinilai menguntungkan. "Di Eropa Jerman termasuk sering dimarahi negara Uni Eropa," kata Evi.
Maka jika negara barat di G7 pada akhirnya tetap memusuhi Cina, kata Evi, negara seperti Indonesia-lah yang diuntungkan. Sebab, Cina bisa menjadi lebih perhatian dan membuka pasarnya untuk Indonesia, juga negara ASEAN lainnya. "Jadi to some extent, kita diuntungkan dari persaingan ini, karena Cina jadi dekat dengan kita," ucap Evi.
Bahkan tak hanya Cina, negara G7 pun juga dinilai bisa dekat dengan Indonesia karena negara ini dilihat sama sekali tidak terlibat dalam persaingan negara-negara besar manapun. "Jadi yang penting kita (Indonesia) berusaha bertindak sesuai posisi kita aja, itulah kelebihan Indonesia," kata Evi.
Baca Juga:
G7 Sepakat untuk Bangun Dunia Bebas Nuklir
Lebih lanjut, Jokowi tidak sendirian datang ke negara G7 mewakili Indonesia. Jerman yang menjadi Ketua G7 tahun ini juga mengundang negara mitra lain yaitu Argentina, India, Senegal, dan Afrika Selatan. Sebelum Jokowi dan para negara mitra hadir, G7 sudah memulai kegiatan.
Salah satu yang baru dibicarakan yaitu G7 berjanji menyediakan US$ 600 miliar atau Rp 8.878 triliun selama lima tahun untuk membiayai infrastruktur yang dibutuhkan negara-negara berkembang demi melawan proyek Belt and Road Initiative Cina bernilai triliunan dolar.
Program Belt and Road Initiative Cina memberikan pinjaman berupa proyek infrastuktur di negara berkembang mulai Pasifik, Asia hingga Afrika. Adapun pembiayaan US$ 600 miliar ini disampaikan G7 saat meluncurkan kembali program "Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global