Dengan regulasi anyar maka undervalue bisa dicegah dan devisa menurut catatan melonjak," katanya
Besarnya potensi ekspor membuat pemerintah melirik komoditas ini. Selama ini Indonesia mengandalkan banyak komoditas lain demi mengejar defisit neraca perdagangan, mulai dari lemak dan minyak hewan/nabati, mesin dan perlengkapan elektrik hingga kendaraan dan bagiannya.
Baca Juga:
Satu dari Dua Pelaku Pencurian Sarang Walet di Rokan Hilir Dibekuk Polisi
Sayang, defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) masih kerap terjadi tiap kuartalnya.
"Kita ini penghasil, pengekspor konon kabarnya 2.000 ton burung walet, 110 ton di antaranya sudah terakreditasi dan dijual langsung ke RRT (Republik Rakyat
Tiongkok). Bisa dibayangkan dari 110 ton, 1 Kg nilainya Rp 25 juta dan sisanya kita lewati beberapa negara singgahan. Hong Kong, Vietnam,
Baca Juga:
Desa Wisata Kembang Kuning yang Menyimpan Kekayaan Alam dan Budaya
Malaysia dan ujungnya sampai juga ke RRT. Harga tersebut kita hitung, 2.000 ton saja dikali Rp 25 juta, nilainya Rp 500 triliun, artinya US$ 3,5 billion (miliar)," papar Lutfi beberapa waktu lalu. Red