WahanaNews.co Pemerintah Inggris memberikan visa khusus untuk menarik para lulusan universitas-universitas terbaik di dunia.
Pemerintah Inggris menilai visa untuk "orang-orang yang sangat potensial" ini akan menarik lulusan yang paling berbakat untuk memulai dan membangun karier mereka di Inggris.
Baca Juga:
Jet Siluman Super AI Muncul dari China dan AS: Siapa Penguasa Langit Selanjutnya?
Kebijakan sudah mulai berlaku sejak Senin (30/5/2022).
Skema ini hanya berlaku untuk para alumni dari universitas-universitas terbaik dunia, yang berlokasi di luar Inggris dan baru lulus dalam kurun lima tahun terakhir.
Sayangnya, tidak satu pun universitas asal Indonesia masuk ke dalam daftar tersebut.
Baca Juga:
AS Panik, Inggris dan Prancis Diperingatkan agar Tak Akui Negara Palestina
Alumni dari universitas-universitas top dunia itu dapat mengajukan permohonan visa ini, tanpa dilihat tempat asal mereka.
Mereka juga tidak harus mendapatkan penawaran pekerjaan di Inggris lebih dulu untuk bisa mengajukan permohonan.
Pelamar yang berhasil dan memiliki gelar sarjana atau master akan mendapat visa kerja berdurasi dua tahun, sedangkan untuk yang bergelar doktor akan mendapat visa berdurasi tiga tahun.
Selanjutnya, mereka berpeluang mendapatkan visa kerja jangka panjang lainnya apabila memenuhi syarat tertentu. Tidak ada batasan kuota untuk lulusan yang memenuhi syarat
Untuk bisa terpilih mendapatkan visa ini, pelamar harus berasal dari universitas yang masuk daftar 50 besar dunia berdasarkan setidaknya dua dari tiga jenis peringkat yang dijadikan acuan pemerintah Inggris.
Acuan peringkat yang digunakan yakni Times Higher Education World University Rangkings, Quacquarelli Symonds World University Rangkings, dan Academic Ranking of World Universities.
Terdapat 37 universitas yang dipublikasikan oleh pemerintah Inggris, termasuk Universitas Harvard, Universitas Stanford, Universitas Yale, dan lain-lain.
Mayoritas universitas yang masuk kategori itu berada di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Hanya delapan universitas di Asia yang masuk daftar, yakni dari China, Hong Kong, Jepang, serta Singapura.
Tidak ada universitas asal Indonesia yang muncul pada daftar tersebut.
Kedelapan universitas di Asia tersebut, yakni Universitas Peking, Universitas Tsinghua, Universitas Tionghoa Hong Kong, Universitas Hong Kong, Universitas Kyoto, Universitas Tokyo, Universitas Teknologi Nanyang, serta Universitas Nasional Singapura.
Sejumlah akademisi menyatakan kecewa dengan tidak masuknya universitas dari Asia Selatan, Amerika Latin, atau Afrika.
Mereka menyebut pendekatan itu sangat tidak adil.
Misalnya saja, Direktur dan peneliti utama di Universitas Cape Town, Christopher Trisos.
Kepada BBC, dia berpendapat, apabila Inggris ingin berperan mengatasi tantangan utama abad ini, seperti akses energi, perubahan iklim, dan pandemi, maka negara tersebut perlu mengenali dan menyertakan beragam keterampilan dan wawasan dari lulusan universitas di negara-negara berkembang.di kutip dari kompas.com