Wahananews.co Jenderal (Purn) Leonardus Benyamin (Benny) Moerdani merupakan legenda sekaligus tokoh dalam dunia militer dan intelijen Indonesia. Sepak terjangnya di medan operasi tak perlu diragukan lagi.
Baca Juga:
Termasuk Jenderal, Polri Siap Pindahkan 1.667 Personel ke IKN
Namun, karir militernya yang bersinar tak selalu sejalan dengan citranya di mata masyarakat. Benny Moerdani sapaan akrabnya bahkan dicap anti Islam.
Agama Katolik dianutnya seolah semakin menegaskan anggapan tersebut.
Sejumlah peristiwa pun kemudian seolah-olah membenarkan cap tersebut, bahwa Benny memang Anti Islam.
Baca Juga:
3 Jenderal TNI AD Resmi Naik Pangkat Jadi Letjen
Tuduhan ini menguak ketika pecahnya tragedi Tanjung Priok di tahun 1984.
Ratusan umat Islam tewas dalam peristiwa itu.
Benny yang menjabat Panglima TNI dituduh terlibat dan bertanggung jawab atau bahkan disebut sebagai dalang peristiwa berdarah Tanjung Priok.
Ditambah lagi, tudingan sebagai anti Islam makin terlihat dari beberapa kebijakan Benny di internal TNI.
Disebut-sebut perwira berlatar belakang santri sulit mendapat jabatan di masa Benny menjadi Panglima TNI.
Dalam buku yang ditulis Dodi Mawardi berjudul "Belajar Uji Nyali Dari Benny Moerdani, Dia Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang", latar belakang keluarga Benny dekat dengan Islam.
Ayahnya Raden Bagus Moerdani Sosrodirjo, orang Jawa beragama Islam yang pindah ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Raden Moerdani seorang guru agama Islam dan seorang haji.
Dia juga tercatat sebagai keturunan ketujuh Kanjeng Datuk Kiai Suleman, pengajar Islam dan kepala desa di Sumbawa.
Sebelum menikah dengan ibunda Benny yang berdarah Eropa dan beragama Katolik, Rochmaria Jeannie, Raden Moerdani beragama Islam dan memiliki beberapa anak dari istri sebelumnya yang beragama Islam juga.
ia kemuian berpindah agama setelah menikah dengan Jeannie. Seluruh anak-anak dari istri keduanya ini beragama Katolik.
Namun, Benny memiliki sejumlah kakak tiri dan banyak saudara yang beragama Islam.
Pengaruh Islam masih cukup kental mengalir pada Benny. Kakek dan nenek dari sang ayah serta seluruh keluarga besarnya adalah muslim.
Anggapan Benny anti Islam sedikit memudar karena kedekatannya dengan sejumlah pemimpin pondok pesantren.
Salah satunya dengan Kiai Asyaad Benny memperlakukan pemimpin salah satu pesantren di Jawa Timur tersebut bukan hanya sebagai tamu, melainkan juga sebagai guru dan sahabat.
Dalam banyak kesempatan, mereka tidak segan tertawa terbahak-bahak, berdua.
Berdikusi selama berjam-jam. Mulai dari posisi duduk sampai tidur-tiduran.di kutip dari "sindo.news.com"
Selama kurun waktu 1983-1992, keakrabannya dengan sejumlah kiai dan pesantren dapat dilihat secara nyata oleh orang-orang dekatnya, terutama anak buahnya. Namun, Benny memang tidak pernah mau berkoar-koar tentang kegiatannya tersebut kepada media massa.red